Bromo Tengger Semeru Ultra 2017 (70km)

Dari sekian banyak lomba lari yang pernah saya ikuti, Bromo Tengger Semeru Ultra atau BTS2017 adalah yang paling berkesan dan membekas. Di BTS2017 saya ikut kategori 70km. Saya saja tidak percaya kalo saya ikut kategori 70km, sambil ngomong dalam hati "70km itu jauh lhoo...kyk semarang - magelang, dan ini lari, di gunung lagi." Start gelap, finish juga gelap. Start jam 1 dini hari finish jam 19.00, bakalan kedinginan saat dini hari dan kepanasan saat siang hari. Rute yang dilewati adalah Lava view - pasir berbisik - tanjakan b29 - ranu pane - ranu kumbolo - kali mati - ranu kumbolo - ayek ayek - tanjakan pipa - jemplangan - pasir berbisik - bromo - lava view.
Jadi di BTS2017 ini saya DNF (did not finish). Saya terpaksa dnf di 7km sebelum finish dan masih menyisakan waktu sekitar 1jam 10 menit sebelum cut of time. Padahal 7km dalam waktu 1jam itu sangat mungkin, sekalipun untuk ukuran trailrun.
Itu karena info hoax yang akhirnya menyesatkan kita. Ada sekitar 20 orang yang saat itu sedang berada di tanjakan bromo dan tidak melanjutkan karena mendapat informasi (yang katanya dari panitia) bahwa sudah tidak diperbolehkan naik ke bromo karena kabut tebal. Setelah lomba berakhir baru diketahui bahwa info itu bukan dari panitia tapi dari peserta lari yang lain. Info yang menyesatkan...tapi yaa sudah lah.
![]() |
masih tersisa 3 jam dengan menyisakan 15km lagi |
Tidak hanya itu saja, BTS2017 ini juga terjadi tragedi "rawon setan". Dimana hampir semua peserta terkena diare yang diyakini gara2 rawon yang disuguhkan panitia sebelum lomba dimulai. Dampaknya sangat parah, peserta yang diare harus "mlipir" sampai berkali kali. Ada yang 5 kali bahkan ada yang sampai 10 kali. Saya sendiri mlipir 4kali. Akibatnya waktu banyak terbuang dan tubuh kurang fit, tenaga habis karena banyak cairan yang terbuang. Dengan alasan itulah banyak peserta yang dnf karena kondisi fisik. Bahkan ada peserta yang sampai meninggal dunia yang mungkin ada pengaruhnya juga dengan diare, kondisi tubuh jadi lemah tapi tetap memaksakan untuk lari, akhirnya jantung tidak kuat dan meninggal dunia. Saya sempat membantu evakuasi korban ke ambulance. Semoga tidak terulang kembali di event lari yang lain karena hakikat mengikuti event trailrun adalah piknik yang dikemas secara berbeda.
Selain piknik, mengikuti BTS2017 sebetulnya adalah sarana silaturahmi bagi kami, karena untuk pertama kalinya kami (saya, veri dan windi) bertemu dalam satu event dan ikut race secara bersama sama, yang sebelumnya hanya berkomunikasi lewat wa group. Saya di Surabaya, veri di semarang dan windi di balikpapan. BTS2017 sudah kita rencanakan jauh hari bahkan kita sudah daftar saat earlybird, jadi harusnya persiapannya matang. Yup...untuk menghadapi BTS2017 ini saya banyak latihan. 2 bulan terkahir saya tektok gunung (welirang, ijen dan ungaran) hampir setiap minggu untuk menjaga fisik. Dan juga ikut lomba lari diluar agenda supaya fisik tetap terjaga. Target saya masih sama seperti yang sebelumnya 😁, yaitu finish under COT. Tapi target utama saya adalah mem-finish-kan windi, yang dari awal sudah meminta saya dan veri untuk jadi pacer. Jauh2 dari Balikpapan sayang kalo tidak finish. 😊
Jadi target prioritas saya di BTS2017, (1) kami finish bareng berempat (saya, windi, veri, bagas) (2) kami finish bertiga (saya, windi, veri) (3) windi finish (4) saya finish. Jadi intinya saya tidak akan meninggalkan Windi kecuali dia benar2 sudah tidak kuat.
Ada beberapa hal yang membuat kami gagal finish selain info hoax dan tragedi rawon setan. Yaitu kami terlalu meremehkan waktu cot yang 18jam. Jadi cot 18jam untuk jarak 70km menurut saya lebih dari cukup. Sedangkan BTS2017 ini peserta untuk 70k membludak sampai 300an peserta, sehingga akan terjadi antrian panjang saat start dan saat tanjakan b29 karena rutenya tidak memungkinkan untuk mendahului peserta lain. Jadi kita akan tertahan dengan peserta lain yang ada didepan kita. Banyak waktu yang terbuang disini. Selain itu ada beberapa rute yang diluar prediksi, misal ditanjakan pipa dan turunan tali. Kami menghabiskan 1jam lebih hanya untuk sebuah tanjakan dan turunan sepanjang 1km. Benar2 boros waktu. Selebihnya, menurut saya kami sudah berjuang maksimal. Karena berbagai macam drama itu akhirnya kami ber empat gagal finish ganteng 😂😂😎
Komentar
Posting Komentar